Monday, September 7, 2020

Penghakiman

Banyak orang merasa dirinya yang paling benar, tanpa disadari. Alkisah, ada seorang anak yang dari kecil sering mengalami perlakuan kurang menyenangkan dari ibunya. Ibunya sering berbicara kasar, dan membeda-bedakan dia dengan saudara- saudarinya. Dia juga kerap mengalami "abuse"  baik secara mental maupun fisik. Tubuhnya sering terlihat penuh lebam. Ibunya mengalami gangguan mental, sejak ditinggal ayahnya, yang seorang pemabuk. Otomatis, pelampiasan stress dilakukan ibu kepada anaknya, terutama anaknya yang pertama. 

Sang anak,  sejak  kecil bercita-cita  menjadi penegak hukum  terkenal. Karena dia merasa sulit mendapat keadilan, dan ingin memperjuangkannya. Terutama keadilan buat hidupnya. Nilai keadilan dan kebijaksaan terus dipegang dalam hidupnya sampai ia besar. Tahun berganti tahun, anak ini bisa mendapatkan beasiswa dan menyelesaikan kuliah hukumnya dengan cemerlang. Karirnya pun menanjak naik. Pelan tapi pasti, anak ini mulai menorehkan namanya di bidang hukum dan menjadi seorang hakim terkenal. 

Setiap dari kita hidup digerakkan oleh motivasi tertentu. Hal yang membuat bersemangat, bergairah dalam menjalani hidup. Terlepas, seperti apa latar belakang, status sosial ekonomi, setiap orang pasti ingin kehidupan yang lebih baik (menurut versi tiap individu). Namun semua itu, tak lepas dari perjuangan dan air mata. Biasanya, orang-orang tinggal melihat hasilnya, tanpa tahu proses yang telah dihadapi. Merasa lebih benar dan lebih tahu, bahkan daripada orang yang punya kehidupan. 

I'll just want to say, stop judging, show more respect, God bless you.

Friday, September 4, 2020

JK

JEJAK LANGKAH
 
Sesuatu yang bisa hilang,
 
terhempas oleh waktu
 
Namun tidak bisa menghapus
 
ukiran jejak,
 
di lubuk hati terdalam
 
Musim semi kapankah kau datang?
 
Bersama sinar mentari 

dan burung berkicauan

menerbitkan secercah harapan

akan hari esok yang lebih baik

(AYS)
  

Monday, August 31, 2020

krek krek

    Mindset
 

Seandainya tentang pola pikir,

Seandainya setiap orang punya pola pikir yang sama,

Seandainya pola pikir bisa dibaca dengan cepat,

Seandainya semua orang dapat menangkap pola pikir yang benar.

Sayangnya pola pikir itu abstrak.

Tergantung pada persepsi setiap manusia dan keberadaannya. 

Namun pola pikir dapat berwujud melalui suatu karya, bukan hanya kata-kata.

Ide tanpa suatu implementasi hasilnya nihil.

Sama dengan pola pikir yang benar tanpa perbuatan sejalan,

Itu sama dengan usaha menjaring angin. 

 Hiduplah dipenuhi mindset dan implementasi yang hebat !

(AYS)

 


 

Wednesday, August 26, 2020

Normal


Siapa yang bilang  menjadi normal

itu membosankan?

Buktinya situasi new normal
 
lebih membosankan,

daripada situasi normal

Mungkin kita harus ubah

pemikiran,

Please take me back to normal,

I don't want new normal
 
Waittss, gak bisa karena inilah situasi normal,

Situasi normal yang baru

Am I Normal?

(AYS)

Friday, August 21, 2020

SEMPURNA

         Apa yang ada dalam pikiran kita, saat mendengar kata sempurna ?  Pastinya sesuatu yang tidak bercacat cela, sesuatu yang sangat baik, tepat, dan tujuan akhir. Tujuan akhir ? Ya. Pertanyaannya, "Siapa yang tidak ingin sempurna ? "  Hidup pun kalau bisa "terlihat " sempurna akan lebih indah. Saya menggunakan kata terlihat, karena saya percaya dalam hidup tidak ada sesuatu yang benar-benar sempurna. Selama kita masih hidup di dunia yang fana ini, pasti ada saja cacat dan celanya, ada saja kekurangannya.

 

        Bahkan sebut saja orang terkaya di dunia, Jeff Bezos (founder of Amazon) atau Bill Gates, kalau ditanyakan, apa mereka sudah merasa sempurna?  Jawabannya kurang lebih belum. Pasti ada hal-hal baru yang ingin dicapai, atau ada sesuatu dalam hidup mereka yang ingin diperbaiki ke depannya. Dan hal itu tidak salah, karena itu adalah gairah hidup, hal-hal yang membuat kita terus bersemangat dalam kehidupan, dan tidak mudah puas diri. 

 

        Lalu apa standarisasi kesempurnaan? Setiap orang pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang mempunyai satu rumah, satu mobil, satu istri dan anak-anak itu adalah kesempurnaan. Namun bagi sebagian orang lainnya kesempurnaan  tidak sampai di situ saja. Ada keinginan yang lebih untuk mendapatkan hasrat hatinya. Dan standarisasi kesempurnaan bisa berubah seiring dengan perubahan pada status ekonomi ataupun sosial di masyarakat.  

 

        Pada beberapa orang tua, ada orang tua yang sudah bahagia bila anaknya naik kelas. Ada juga yang baru bisa bahagia kalau anaknya mendapat nilai dia atas rata-rata. Di sisi lain, ada pula yang baru bisa sangat bahagia bila anaknya juara 1, kalau tidak juara 1 tidak terasa sempurna.

 

        Kalau diumpamakan sempurna itu angka 100, maka nilai anak kalau tidak 100 berarti belum sempurna. Kadang sebagai orang tua, lupa untuk menilai diri sendiri. Sudahkah kita menjadi orang tua dengan nilai 100 untuk anak kita?  Bagaimana anak-anak menilai orang tuanya, apakah orang tua siap jika anak harus menilai kesempurnaan hanya dari angka-angka.

 

        Beberapa anak sangat buruk di bidang akademis, tetapi sangat berbakat di bidang lainnya. Atau sebaliknya, seorang anak bisa sangat unggul di akademis, namun kurang bagus di bidang lain. Lalu apakah berarti anak ini tidak bisa mencapai kesempurnaan?    


        Manusia seringkali menciptakan ukuran kesempurnaan adalah dirinya (bisa jadi tanpa disadari)." Kamu nanti kalau sudah besar masuk universitas X,  seperti daddy ya.  Daddy saja bisa, masak kamu ga bisa ? " Mami kan, dulu ga pernah diajarin sama oma masak, mami udah bisa sendiri, kamu juga begitu dong." Mami kalau kerja rapi, ga pernah berantakan, kamu kok kerja berantakan banget sih." Ini hanya contoh perkataan-perkataan yang mungkin secara tidak sadar diungkapkan kepada anak, dengan keharusan seorang anak menjadi seperti sosok orang tuanya. Padahal, belum tentu si Ayah masuk universitas X, anaknya pun harus masuk universitas yang sama, kalau universitas tersebut tidak sesuai dengan minat dan bakatnya, hanya akan sia-sia. Begitu juga, belum tentu si anak akan menjadi ibu rumah tangga full time seperti ibunya. Kalau situasi dibiarkan terus-menerus seperti itu, anak  sendiri akan stress, dalam tekanan, atau sebaliknya dia akan berontak terhadap keadaan. 

 

       Sama halnya dengan di kantor, ketika kita mendapat boss yang standar kesempurnaan adalah sosok boss tersebut. Apapun yang kita lakukan akan salah di mata boss, bila tidak tepat sesuai apa yang boss inginkan. Tidak ada kreativitas, yang ada hanyalah penundukan diri. Tidak ada pengembangan diri, yang ada hanya kebenaran dari kacamata boss. 

 

        Jadi menurut saya, kesempurnaan itu tidak ada, itu buatan manusia, standarisasi tiap-tiap orang dalam menilai, yang bisa berbeda antara satu dengan yang lain. Lalu kenapa Tuhan itu disebut sempurna? Karena hanya Dia, sosok,  yang bisa menerima setiap perbedaan, menerima setiap kekurangan, dan mengasihi setiap orang dengan cara yang unik. (AYS)

       

Tuesday, August 18, 2020

Argumentasi

ARGUMENTASI

 Tidak  perlu dicari,

Tidak perlu bingung,

Tidak perlu ada konfrontasi,

Tidak perlu berdebat panjang,

Cukup sedikit argumentasi

 

MATA HATI

Kau punya dua mata,

Tapi itu tidaklah cukup

Kau perlu satu mata lagi,

Untuk melihat jauh ke dalam

Sesuatu yang tidak bisa dilihat

Oleh mata jasmani

yaitu,

Mata Hati 


(AYS)

 

 

 


Sunday, August 16, 2020

Apa KABAR?

Bagaimana tanggapan kita saat menerima berita baik?

Umumnya pasti senang, gembira, lebih bersemangat, tidak sabar untuk tahu lebih lanjut.  

 

Lalu apa tanggapan kita saat menerima berita yang kurang baik?  

Biasanya jadi sedih, kesal, bahkan mungkin marah. 


Hal-hal tersebut bisa mempengaruhi suasana hati.

Terutama saat menerima berita baik maupun buruk. 

Padahal hidup kita, bukan ditentukan oleh suasana hati atau  istilah kerennya mood. 

Hidup akan tetap berjalan, baik saat ada kabar baik atau buruk. Waktu akan terus bergulir, 

tidak melihat seperti apa mood  seseorang.


Ketika di kantor atau tempat kerja, pastinya seseorang dituntut untuk bersikap profesional, 

dengan mengesampingkan kepentingan pribadi atau suasana hati. 

Namun berbeda halnya saat orang tersebut berada di rumah, di tengah-tengah keluarganya. 

Dan ketika seseorang salah merespon, bisa jadi akan ada perselisihan, 

kesalahpahaman dalam hubungan antar anggota keluarga. 


Lalu seperti apa seharusnya kita dalam menanggapi? 

Bersedih atau bahagia itu hal yang wajar. Hanya jangan terlalu dimasukkan ke hati.

Hari ini kita terima kabar buruk, besok bisa jadi kabar baik yang datang.

Dunia berputar, demikian juga hidup kita akan terus berputar. 

Selama masih ada kesempatan melakukan yang terbaik, just do your best!

Selama masih bisa berusaha, dan diberi kesehatan, jangan pernah menyerah.

Kabar baik dan buruk bisa saja datang silih berganti, namun pemeliharaan Tuhan

untuk setiap umatNya tidak ada habis-habisnya.

Selama kita percaya, dan tidak menyerah. (AYS)

Guess a thing

It makes you grow, It makes you stronger, Push you out of your limit, It's your friend, It's something that you can solve Once you o...