Sebenarnya kalau ditanya apa itu definisi serakah? Hmmm, bingung juga yah. Tapi buat saya pribadi serakah itu artinya tidak pernah merasa puas. Selalu ada keinginan lebih dan lebih. Apa itu bagus? Tentu saja motivasi dan keinginan untuk lebih dan lebih, ada baiknya. Hal itu memacu untuk kita jadi lebih baik. Tetapi itu juga harus dilihat pada kemampuan diri dan keadaan. Contoh, bicara tentang kendaraan, ada yang berpikir punya mobil satu sudah cukup, dan bersyukur. Namun ada yang ingin lebih. Lebihnya ini disebabkan oleh apa? Apakah ada kebutuhan tertentu yang menyebabkan harus membeli lebih dari satu mobil? Kalau memang kebutuhan, saya pikir wajar dan sah saja. Tapi kalau di luar kebutuhan, hanya untuk ajang pamer atau prestige, mungkin sedikit kurang bijak. Tapi kembali ke pribadi masing-masing dalam memutuskan. Yang pasti pakai uang sendiri, jangan uang orang lain (hehe).
Namun serakah tidak hanya itu sieh. Biasanya orang yang serakah juga tidak memikirkan orang lain, hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak akan mau tahu, orang-orang lain kondisinya seperti apa, susah atau senang, yang penting keinginannya tercapai.
Hal paling penting adalah membahagiakan diri- sendiri, memuaskan keinginan hatinya. Walaupun sulit, karena tidak pernah ada kata puas, untuk orang yang " serakah "
Orang yang serakah juga biasanya sulit untuk mengambil prioritas, karena dia melihat semuanya penting. Dia mau ambil semuanya. Begitu juga dalam pekerjaan, apapun pekerjaannya dia mau kerjakan walau kadang keteteran, karena sebenarnya memang tidak sanggup. Ibaratnya kesanggupan hanya mengerjakan 3 pekerjaan sekaligus, tetapi memaksa diri menjadi 5 pekerjaan dalam satu waktu. Sesuatu yang over limit, melebihi batas atau kapasitas kita. Begitu juga dalam hal makanan, kita tahu perut sudah kenyang, tetapi lapar mata melihat makanan yang kelihatannya sangat lezat, makan lagi sampai melebihi porsi perut. Akhirnya kekenyangan, dan bahkan sampai sesak nafas. Saya pernah laper mata, sudah kenyang tapi maksa, jadi kekenyangan sampai sesak nafas (hehe, ga lagi deh)
Biasanya perempuan yang hobi belanja tahu sekali kata Sale, pasti semangat. Apalagi kalau 50% ke atas potongan harga yang diberikan. Ada diskon gede-gedean di berbagai pusat perbelanjaan. Seakan-akan barang yang ada di rumah kosong, terjadilah aksi borong barang. Mungkin kadang tidak sadar, barang yang dibeli sebenarnya bukan yang dibutuhkan, namun takut kehabisan jadinya borong. Saat wabah corona merebak, kita juga pasti masih ingat aksi segelintir orang yang borong barang, terutama perlengkapan medis seperti masker, sarung tangan, baju pelindung, dll. Termasuk juga menimbun barang-barang kebutuhan pokok. Mungkin mereka tidak sadar akan aksinya ini adalah salah satu bentuk keserakahan, namun orang-orang lain yang melihat, merasa risih. Ada beberapa teman saya, punya koleksi sepatu, bisa beli sepatu merk sama, model sama, warnanya saja yang beda-beda. Namun terkadang koleksi sepatunya yang sangat banyak itu hanya jadi pajangan, karena sepatu yang dipakai pasti yang paling nyaman untuk kakinya. Sisanya hanya jadi pajangan, dan ada beberapa yang belum pernah digunakan. (mungkin untuk dijual lagi, atau dikasih ke orang lain yang ukuran kakinya sama ^6^)
Lalu apa salah punya hobi koleksi? Tentu saja tidak. Hal tersebut sah-sah saja. Namun yang jadi masalah, adalah mengetahui timing kapan harus bilang STOP, pada diri sendiri. Sebelum koleksi menjadi bukit, dan tidak tahu mau disalurkan kemana. Karena keserakahan itu kadang tidak terlihat oleh diri sendiri, namun bisa dilihat oleh orang sekitar. Kita tetap butuh orang sekitar untuk saling mengingatkan. Let's help each other! (AYS)
Namun serakah tidak hanya itu sieh. Biasanya orang yang serakah juga tidak memikirkan orang lain, hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak akan mau tahu, orang-orang lain kondisinya seperti apa, susah atau senang, yang penting keinginannya tercapai.
Hal paling penting adalah membahagiakan diri- sendiri, memuaskan keinginan hatinya. Walaupun sulit, karena tidak pernah ada kata puas, untuk orang yang " serakah "
Orang yang serakah juga biasanya sulit untuk mengambil prioritas, karena dia melihat semuanya penting. Dia mau ambil semuanya. Begitu juga dalam pekerjaan, apapun pekerjaannya dia mau kerjakan walau kadang keteteran, karena sebenarnya memang tidak sanggup. Ibaratnya kesanggupan hanya mengerjakan 3 pekerjaan sekaligus, tetapi memaksa diri menjadi 5 pekerjaan dalam satu waktu. Sesuatu yang over limit, melebihi batas atau kapasitas kita. Begitu juga dalam hal makanan, kita tahu perut sudah kenyang, tetapi lapar mata melihat makanan yang kelihatannya sangat lezat, makan lagi sampai melebihi porsi perut. Akhirnya kekenyangan, dan bahkan sampai sesak nafas. Saya pernah laper mata, sudah kenyang tapi maksa, jadi kekenyangan sampai sesak nafas (hehe, ga lagi deh)
Biasanya perempuan yang hobi belanja tahu sekali kata Sale, pasti semangat. Apalagi kalau 50% ke atas potongan harga yang diberikan. Ada diskon gede-gedean di berbagai pusat perbelanjaan. Seakan-akan barang yang ada di rumah kosong, terjadilah aksi borong barang. Mungkin kadang tidak sadar, barang yang dibeli sebenarnya bukan yang dibutuhkan, namun takut kehabisan jadinya borong. Saat wabah corona merebak, kita juga pasti masih ingat aksi segelintir orang yang borong barang, terutama perlengkapan medis seperti masker, sarung tangan, baju pelindung, dll. Termasuk juga menimbun barang-barang kebutuhan pokok. Mungkin mereka tidak sadar akan aksinya ini adalah salah satu bentuk keserakahan, namun orang-orang lain yang melihat, merasa risih. Ada beberapa teman saya, punya koleksi sepatu, bisa beli sepatu merk sama, model sama, warnanya saja yang beda-beda. Namun terkadang koleksi sepatunya yang sangat banyak itu hanya jadi pajangan, karena sepatu yang dipakai pasti yang paling nyaman untuk kakinya. Sisanya hanya jadi pajangan, dan ada beberapa yang belum pernah digunakan. (mungkin untuk dijual lagi, atau dikasih ke orang lain yang ukuran kakinya sama ^6^)
Lalu apa salah punya hobi koleksi? Tentu saja tidak. Hal tersebut sah-sah saja. Namun yang jadi masalah, adalah mengetahui timing kapan harus bilang STOP, pada diri sendiri. Sebelum koleksi menjadi bukit, dan tidak tahu mau disalurkan kemana. Karena keserakahan itu kadang tidak terlihat oleh diri sendiri, namun bisa dilihat oleh orang sekitar. Kita tetap butuh orang sekitar untuk saling mengingatkan. Let's help each other! (AYS)
No comments:
Post a Comment