Friday, May 22, 2020

Tidak menyangka

Ada istilah "don't judge a book by its cover". Jangan menilai buku dari sampulnya saja. Tetapi di dunia saat ini, mau tidak mau kalau membeli buku pasti lihat sampulnya  (haha). Kalau sampulnya sudah rusak atau bukunya sudah kotor, apa ada orang yang mau membelinya? presentasenya kalaupun ada pasti sedikit saja.Nilai jualnya juga jatuh kalau sampulnya robek, atau kemasan buku sudah tidak bagus. Biasanya buku akan masuk ke daftar buku diskon (yeahh, buku diskon).

Saya pernah punya buku kesayangan berupa komik, judulnya Topeng Kaca. Wah itu kegemaran banget, sampai sudah jelek, kumel-kumel, tapi ga boleh dibuang. Kalau orang rumah mau buang, pasti ga terima (haha). Yang jelas, itu karena saya tahu isi buku itu, sesuatu yang saya suka, menarik, dan berharga untuk saya. Jadinya walau sudah lama, dan sampul sudah tidak bagus, buku sudah berwarna kekuningan, tapi ada nilai sejarahnya, tetap berharga buat si pemilik buku.

Kembali ke istilah melihat buku dari sampulnya. Hal yang terpenting disini adalah jangan mudah menghakimi. Ketika kita melihat buku yang sudah lama banget, contoh saja kamus sampai cokelat kekuningan warnanya, rasanya kok agak miris yah. Tapi kita tahu kalau isi kamus itu sangat berharga, terutama buat orang-orang yang lagi butuh kamus (nah!). Buat yang tidak sedang membutuhkan, ya tidak berharga.Karena ukuran berharga satu orang ke orang yang lain bisa berbeda-beda. Tergantung kebutuhan saat itu. Rasanya pikiran sempit sekali, kalau kita menyamaratakan semua  kebutuhan.  

Sama seperti, kita juga tidak bisa menilai sebuah buku, hanya dengan melihat sampulnya saja. Kita mesti mengerti isi keseluruhan buku tersebut, untuk bisa menilainya. Berlaku juga pada manusia,  kita tidak bisa menghakimi seseorang dari tampak luarnya saja. Oh, sepertinya dia bahagia. Ooh, hidupnya enak. OOh, hidupnya seperti tidak ada masalah. Ooh, hidupnya tidak ada beban. Ada teman saya, rumah tangganya kelihatan bahagia, harmonis, kemana-mana selalu bersama (seperti lem dan perangko), tetapi tiba-tiba ada kabar perceraian. Ada lagi yang punya mobil banyak, rumah mewah,hobi jalan-jalan luar negeri,  ternyata cicilannya juga banyak. Saat tidak bisa bayar dikejar sama debt collector.

Kita mengerti berharganya suatu buku ketika sudah membacanya sampai habis, demikian hidup seseorang seperti apa, akan terus dibaca sampai akhir hidupnya. Mungkin bukan kita yang akan membaca, namun orang-orang di sekitar kita, baik pada saat kita hidup dan setelah kita meyelesaikan kehidupan. Terus berjuang untuk menjadi buku yang menarik, baik, dan berguna!  (AYS)

Thursday, May 21, 2020

Managemen stres

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya stres. Hal yang satu ini, memang tidak pandang bulu, bisa menimpa siapa saja tidak kenal usia, gender, maupun latar belakang. Stres biasanya bisa dibilang cukup ringan tingkatannya dibanding depresi. Selama manusia hidup, pasti harus dealing sama yang namanya stres.



Stres juga dapat dipicu oleh berbagai hal. Melihat situasi sekarang, banyak orang menjadi stres. Tapi jangan salah, fenomena belanja di saat lebaran, bisa juga merupakan pelampiasan dari rasa stres. Stres karena berada di rumah terus. Stres memikirkan ke depan bagaimana. Saat ini sedang heboh berita, dimana BLT yang diberikan kepada rakyat miskin, yang tujuan atau sasarannya untuk membantu perekonomian ( terutama kecukupan bahan pokok) tetapi malah dibelikan baju lebaran. Banyak toko-toko baju yang diserbu masyarakat. Dan setelah dicek ktpnya, mereka mayoritas penerima BLT dari pemerintah (dari berbagai sumber berita).



Banyak pihak, yang menyayangkan kenapa ini bisa terjadi. Kenapa masyarakat tidak bisa menahan diri dari keinginan untuk membeli baju lebaran (atau keperluan lain, yang bukan masalah perut atau pangan). Kekecewaan akan masalah penggunaan dan penyaluran BLT pun terjadi.



Tetapi ketika kita melihat dari kacamata yang berbeda, mungkin kita sedikit bisa mengerti kenapa sebagian masyarakat melakukan hal ini. Pertama, moment ini tidak terjadi setiap hari, namun setahun sekali. Mereka merasa wajar untuk membelanjakan uang dalam jumlah cukup besar, setahun sekali. Kedua, media sosial, iklan-iklan yang bermunculan, seakan memanggil para target customer untuk berbelanja, dan yang gampang tergoda (umumnya) adalah masyarakat kecil, terutama yang tidak mengerti pengelolaan ekonomi. Para pemilik usaha berusaha menarik pembeli sebanyak mungkin, agar usahanya laku. Semakin banyak yang terpancing iklan, dan membeli, semakin bagus dan menguntungkan. Karena sebelumnya toko-toko tutup, dan omzet pasti menurun. Kecuali, diberlakukan peraturan dilarang beriklan oleh pemerintah, mungkin beda cerita.(😅😅) Ketiga, kesadaran masyarakat kecil, akan bahaya covid 19 masih kurang. Sama seperti kita melakukan suatu tindakan tanpa pikir panjang, hanya berdasarkan dorongan hati atau intuisi saja. Padahal membeli di online shop juga tidak ada masalah, harusnya. Tetapi kenapa menyerbu toko-toko langsung? Jawabannya ada di hal yang keempat. Keempat, tingkat stres yang cukup tinggi bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan tanpa berpikir panjang.Stres karena berada di rumah dalam jangka waktu yang lama, butuh hiburan, dan belanja bisa menjadi salah satu alternatif.



Berbelanja bisa menjadi pelarian, di kala stres melanda, terutama bagi kaum perempuan. Saya juga merasakan itu (haha). Berbelanja bisa menjadi salah satu cara untuk tubuh (otak) memproduksi hormon endorfin dan dopamin yang mendatangkan perasaan happy atau bahagia. Kadang tidak cukup berbelanja di online shop, perlu ada excitement ketika memilih barang, memegang barang yang diinginkan, pergi dulu ke beberapa toko lalu kembali ke toko yang pertama. Itu mendatangkan sensasi berbeda.



Tetapi situasi sekarang pastilah berbeda. Situasi sekarang tidak seperti dulu, yang bisa bebas pergi kemana kita inginkan. Karena itu, dalam situasi seperti ini, diperlukan managemen stres yang tepat. Kadang tidak harus belanja di tempat yang jauh, belanja di mini market terdekat sudah bisa bikin happy, tidak harus jalan terlalu jauh, jalan sekitar komplek sudah cukup membantu. Atau bisa mengganti dengan kegiatan positif yang disukai, tanpa harus melanggar aturan yang telah ditetapkan. Hal yang paling penting adalah bijak dalam mengelola stres. (AYS)

Tuesday, May 19, 2020

Investasi Terbesar

Berbicara tentang investasi, mungkin yang ada di pikiran kita adalah uang. Investasi biasanya tidak akan jauh berbicara tentang uang dan perencanaan ke depan. Banyak sekali jenis investasi yang ditawarkan, yang bisa kita pilih untuk hari depan.

Seringkali manusia lupa berinvestasi dalam hal ini, yaitu tubuh kita. Jujur, saya bukan agen asuransi (hehe), jadi saya tidak sedang mempromosikan sesuatu, kecuali fakta lapangan. Tubuh kita adalah investasi terbesar yang kita miliki. Karena itu, ada istilah, "Sehat mahal harganya, booo".  Ketika sudah sakit, apalagi sakit berat, yang butuh ketergantungan terhadap obat-obatan, uang seakan tidak ada artinya, karena pasti akan habis begitu saja untuk biaya kesehatan.

Tubuh ini ketika masih sehat, sering kita lalai dalam pola tidur, pola makan, pola berolah raga. Terkadang waktu terbuang habis hanya untuk bekerja, kurang istirahat. Atau terlalu banyak istirahat, kurang kerja? (hehe).  Pola hidup yang sehat itu memang susah-susah gampang. Apalagi ketika kita belum terbiasa. Namun, tidak ada cara lain, ketika kita ingin bahagia, salah satunya adalah berinvestasi di tubuh kita. Ketika tubuh sehat, kita masih bisa mencari uang, asal tidak malas. Kalau sudah sakit, yang ada hanya akan membuang uang untuk biaya pengobatan. Sudahkah mengambil bagian untuk investasi di "situ"? (AYS)

Monday, May 18, 2020

Habis waktu

18 Mei 2020

Ditulis di tanggal itu, tetapi telat posting.  Pernah ga sieh kalian merasa kehabisan waktu? Rasanya waktu tidak akan pernah cukup. Namun permasalahnnya, apakah memang waktu yang tidak pernah cukup? Ataukah ada sesuatu yang mesti diubah dalam hidup kita. Ada time management yang salah   sepertinya.



Jam seperti yang kita tahu, pasti bergerak maju, ke depan, tidak pernah bergerak mundur ke belakang. Kecuali kalau kita membayangkan suatu alat yang namanya time machine atau mesin waktu. Kenapa selalu kehabisan waktu? Masalahnya mungkin kita  tidak bisa mengikuti alur jam yang ke depan, dan  terus maju. Jam  tidak akan berhenti bergerak, kecuali jam itu mati. Hidup berjalan terus seperti jam, dan waktu itu akan berhenti saat kita mati.

Karena itu ada pepatah mengatakan time is money, waktu itu berharga. Bahkan menurut saya lebih berharga daripada uang (tapi ini menurut saya loh ahhaha). Dengan siapa kita menginvestasikan hidup kita, dengan cara seperti apa kita menggunakan waktu kita, dan bagaimana waktu mengubah hidup kita. Maksudnya waktu mengubah hidup kita? Seiring waktu  berjalan, kita bisa mengenal orang dengan lebih dalam, mengerti hal-hal yang tadinya kita tidak mengerti. Waktu mendewasakan ( istilahnya). Jadi sudahkah menggunakan waktu dengan bijak hari ini? (AYS)

Sunday, May 17, 2020

RUGI!

"Jadi orang jangan terlalu baik, nanti dimanfaatkan orang lain!" Pernahkah kita mendengar kata-kata itu? Nasihat atau petuah untuk tidak bersikap terlalu baik. Saya sering mendengarnya, bahkan terkadang bisa dibilang bodoh, kalau terlalu baik.

Baik itu perlu, namun hikmat juga diperlukan untuk mengimbanginya. Di bulan puasa ini, banyak pengemis di jalan-jalan. Kadang kita butuh hikmat juga untuk membantu mana yang benar-benar perlu dibantu, dan mana yang tidak. Ada yang hanya berpura-pura lumpuh atau cacat, tetapi sebenarnya mereka normal. Mereka melakukan hal-hal semacam itu untuk mencari uang lebih, sehingga orang benar-benar merasa kasihan. Ada beberapa kasus, dimana pengemis itu ternyata memiliki rumah yang besar, tabungan yang banyak, kendaraan yang cukup mewah. Mungkin bisa dikatakan kondisinya melebihi yang memberi sumbangan atau sedekah. Sepertinya kita merasa hal yang dilakukan adalah salah sasaran? Apa benar seperti itu?

Saya selalu menganut prinsip, orang yang memberi biasanya lebih kaya daripada yang menerima. Ketika seseorang memposisikan dirinya adalah orang yang patut dikasihani, berarti dia adalah orang miskin yang sesungguhnya, walaupun mungkin mobilnya banyak, rumahnya besar. Ketika  memberi, sudah sepatutnya kita tidak menerapkan untung rugi, melainkan keikhlasan. Ikhlas dalam memberi. Karena itu, kalau saya merasa tidak yakin, atau belum ikhlas saya tidak akan memberi (apapun bentuknya, waktu, materi, tenaga, dsb). Dan, ketika saya sudah ikhlas atau  rela, maka melakukan atau menjalankannya pun enak rasanya.

Kalau bicara kerugian, saya bukan orang yang tidak pernah rugi, banyak hal, dimana saya berinvestasi yang salah baik, uang, waktu, tenaga, pikiran, dll. Namun karena saya menjalankan dengan ikhlas, saya tidak memusingkan untung ruginya. Hidup kalau selalu untung, kita tidak pernah belajar yang namanya kerugian. Jadi memberi bukan soal untung atau rugi, melainkan keikhlasan.(AYS) 

Saturday, May 16, 2020

Berbuat Kesalahan

Setiap kita pasti pernah berbuat kesalahan. Ada yang kesalahan kecil, ada yang kesalahan besar. Dan, bahkan ada juga kesalahan yang sukar untuk dimaafkan. Akhirnya saya merasa diri saya adalah manusia yang penuh kesalahan (haha).

Tapi jujur, dari banyak berbuat salah itu, saya banyak belajar. Kalau saya tidak pernah berbuat kesalahan mungkin saya tidak pernah belajar banyak. Dari kesalahan 1, 2, 3, 4, 5,,,, dan seterusnya. ada saja pelajaran baru yang saya dapat.

Namun ada pepatah berkata " lebih baik belajar dari kesalahan orang lain, daripada berbuat salah" Ini Smart thing menurut saya. Hal yang sangat pintar. Menjauhi kesalahan, bersikap benar, dan menjadi sempurna Sayangnya hidup saya tidak seperti itu. I wish, i never make any mistake, but that's only dream 😜 Saya pikir juga, tidak ada orang yang tidak pernah berbuat kesalahan. Semua orang pasti pernah. Saking terbiasanya berbuat salah, saya jadi sangat jatuh cinta dengan kesalahan  (just kidding).

Kesalahan-kesalahan saya tidak bisa diukur, panjang kali lebar kali tinggi, karena terlalu luas dan  bervariasi. Namun saya membiasakan diri dengan itu. Menerima kesalahan saya dan memperkecilnya menjadi kemungkinan dan peluang baru. Kesalahan bukan untuk disesali, tetapi untuk dinikmati dan diolah menjadi suatu peluang yang baru.

Ini bukan berarti hidup saya adalah kesalahan. Hidup adalah anugrah. Bagaimana kita menikmatinya, dan mensyukuri dari hari ke  hari. Kesalahan-kesalahan itu perlu untuk menjadikan hidup kita bervariasi, namun keberhasilan juga perlu untuk membuat kita mengerti enaknya jadi orang berhasil  (loh, hahaha). Kesalahan juga membuat kita jadi pribadi yang lebih rendah hati dan mau terus belajar. Jadi, jangan pernah berhenti berbuat salah ( maksudnya belajar dari kesalahan). Watch our steps, perhatikan langkah-langkah kita dan raih keberhasilan. (AYS)

Friday, May 15, 2020

Konsistensi


Bagi sebagian orang melakukan hal yang sama, secara rutin, dalam kurun waktu tertentu pasti ada rasa bosan. Kadang ini yang terjadi, ketika masih dalam situasi covid 19, orang-orang yang biasanya senang di luar, menikmati udara bebas, lalu karena situasi pandemi mengharuskan untuk selalu berada di rumah atau menghabiskan waktu banyak di rumah, pastinya bukan hal yang menyenangkan. Bagi orang yang sudah terbiasa di rumah, atau jarang keluar rumah, berdiam di rumah terus, kadang pasti ada rasa jenuh. Tidak semua orang dapat bertahan dalam situasi yang cukup sulit ini. Belum ditambah kemungkinan resesi ekonomi yang  melanda dunia, dalam kurun waktu yang belum diketahui sampai kapan akan berakhir.

Namun salah satu hal,  yang saya pelajari disini adalah hal yang bernama KONSITENSI. Hal sama yang dilakukan berulang-ulang. Saya belajar dari Ibu saya. Setiap hari Beliau tidur jam 21.00 wib atau paling lambat jam 22.00 wib sudah tidur. Beliau tidur, lalu jam 03.30 WIB sudah bangun, ada saja yang dikerjakannya, mencuci, beres-beres rumah, olah raga pagi. Setiap hari itu rutin dilakukan. Tubuh Beliau jarang sakit, kalaupun sakit, bukan sakit yang parah. Setiap hari tidak bisa diam, ada saja yang dikerjakannya. Usianya sudah ada kepala 6, tapi kecekatan dalam bekerja dan mengurus rumah tangga, masih seperti umur kepala 3.

Kadang kita berpikir konsisten itu untuk apa? Konsisten itu sebenarnya untuk hidup kita sendiri. Kalau kita konsisten hidup sehat, kalau kita konsisten dengan pola hidup yang baik, hasilnya akan kembali ke diri kita sendiri. Mungkin generasi saya, masih harus terus berjuang untuk mencapai pola hidup seperti itu. Bahkan dari kecil, saya selalu berpikir menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang membosankan dan saya tidak suka. Tetapi belakangan ini saya belajar,  menjadi ibu rumah tangga itu butuh perjuangan, mengalahkan ego, mengalahkan diri sendiri. Menjadi pemenang lewat konsistensi.(AYS)

Guess a thing

It makes you grow, It makes you stronger, Push you out of your limit, It's your friend, It's something that you can solve Once you o...