Ada istilah "don't judge a book by its cover". Jangan menilai buku dari sampulnya saja. Tetapi di dunia saat ini, mau tidak mau kalau membeli buku pasti lihat sampulnya (haha). Kalau sampulnya sudah rusak atau bukunya sudah kotor, apa ada orang yang mau membelinya? presentasenya kalaupun ada pasti sedikit saja.Nilai jualnya juga jatuh kalau sampulnya robek, atau kemasan buku sudah tidak bagus. Biasanya buku akan masuk ke daftar buku diskon (yeahh, buku diskon).
Saya pernah punya buku kesayangan berupa komik, judulnya Topeng Kaca. Wah itu kegemaran banget, sampai sudah jelek, kumel-kumel, tapi ga boleh dibuang. Kalau orang rumah mau buang, pasti ga terima (haha). Yang jelas, itu karena saya tahu isi buku itu, sesuatu yang saya suka, menarik, dan berharga untuk saya. Jadinya walau sudah lama, dan sampul sudah tidak bagus, buku sudah berwarna kekuningan, tapi ada nilai sejarahnya, tetap berharga buat si pemilik buku.
Kembali ke istilah melihat buku dari sampulnya. Hal yang terpenting disini adalah jangan mudah menghakimi. Ketika kita melihat buku yang sudah lama banget, contoh saja kamus sampai cokelat kekuningan warnanya, rasanya kok agak miris yah. Tapi kita tahu kalau isi kamus itu sangat berharga, terutama buat orang-orang yang lagi butuh kamus (nah!). Buat yang tidak sedang membutuhkan, ya tidak berharga.Karena ukuran berharga satu orang ke orang yang lain bisa berbeda-beda. Tergantung kebutuhan saat itu. Rasanya pikiran sempit sekali, kalau kita menyamaratakan semua kebutuhan.
Sama seperti, kita juga tidak bisa menilai sebuah buku, hanya dengan melihat sampulnya saja. Kita mesti mengerti isi keseluruhan buku tersebut, untuk bisa menilainya. Berlaku juga pada manusia, kita tidak bisa menghakimi seseorang dari tampak luarnya saja. Oh, sepertinya dia bahagia. Ooh, hidupnya enak. OOh, hidupnya seperti tidak ada masalah. Ooh, hidupnya tidak ada beban. Ada teman saya, rumah tangganya kelihatan bahagia, harmonis, kemana-mana selalu bersama (seperti lem dan perangko), tetapi tiba-tiba ada kabar perceraian. Ada lagi yang punya mobil banyak, rumah mewah,hobi jalan-jalan luar negeri, ternyata cicilannya juga banyak. Saat tidak bisa bayar dikejar sama debt collector.
Kita mengerti berharganya suatu buku ketika sudah membacanya sampai habis, demikian hidup seseorang seperti apa, akan terus dibaca sampai akhir hidupnya. Mungkin bukan kita yang akan membaca, namun orang-orang di sekitar kita, baik pada saat kita hidup dan setelah kita meyelesaikan kehidupan. Terus berjuang untuk menjadi buku yang menarik, baik, dan berguna! (AYS)
Saya pernah punya buku kesayangan berupa komik, judulnya Topeng Kaca. Wah itu kegemaran banget, sampai sudah jelek, kumel-kumel, tapi ga boleh dibuang. Kalau orang rumah mau buang, pasti ga terima (haha). Yang jelas, itu karena saya tahu isi buku itu, sesuatu yang saya suka, menarik, dan berharga untuk saya. Jadinya walau sudah lama, dan sampul sudah tidak bagus, buku sudah berwarna kekuningan, tapi ada nilai sejarahnya, tetap berharga buat si pemilik buku.
Kembali ke istilah melihat buku dari sampulnya. Hal yang terpenting disini adalah jangan mudah menghakimi. Ketika kita melihat buku yang sudah lama banget, contoh saja kamus sampai cokelat kekuningan warnanya, rasanya kok agak miris yah. Tapi kita tahu kalau isi kamus itu sangat berharga, terutama buat orang-orang yang lagi butuh kamus (nah!). Buat yang tidak sedang membutuhkan, ya tidak berharga.Karena ukuran berharga satu orang ke orang yang lain bisa berbeda-beda. Tergantung kebutuhan saat itu. Rasanya pikiran sempit sekali, kalau kita menyamaratakan semua kebutuhan.
Sama seperti, kita juga tidak bisa menilai sebuah buku, hanya dengan melihat sampulnya saja. Kita mesti mengerti isi keseluruhan buku tersebut, untuk bisa menilainya. Berlaku juga pada manusia, kita tidak bisa menghakimi seseorang dari tampak luarnya saja. Oh, sepertinya dia bahagia. Ooh, hidupnya enak. OOh, hidupnya seperti tidak ada masalah. Ooh, hidupnya tidak ada beban. Ada teman saya, rumah tangganya kelihatan bahagia, harmonis, kemana-mana selalu bersama (seperti lem dan perangko), tetapi tiba-tiba ada kabar perceraian. Ada lagi yang punya mobil banyak, rumah mewah,hobi jalan-jalan luar negeri, ternyata cicilannya juga banyak. Saat tidak bisa bayar dikejar sama debt collector.
Kita mengerti berharganya suatu buku ketika sudah membacanya sampai habis, demikian hidup seseorang seperti apa, akan terus dibaca sampai akhir hidupnya. Mungkin bukan kita yang akan membaca, namun orang-orang di sekitar kita, baik pada saat kita hidup dan setelah kita meyelesaikan kehidupan. Terus berjuang untuk menjadi buku yang menarik, baik, dan berguna! (AYS)