Saturday, May 30, 2020

Perpisahan

Hari-hari ini banyak hal yang mungkin sudah kita rencanakan sebelumnya, akan berubah. Terutama karena wabah covid19 yang masih melanda dunia ini. Termasuk teman saya dan keluarganya. Dia dan keluarganya berencana stay di Indonesia dalam waktu lama, tapi karena wabah covid melanda, ada beberapa perubahan dari rencana sebelumnya.

 Wah, sedih banget rasanya kalau kita sudah dekat sama orang itu dan keluarganya, sudah best friend banget dan anggap seperti keluarga sendiri, namun harus berpisah. Tapi saya jadi teringat kata-kata yang bilang, dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dan saya percaya Tuhan punya rencana yang terbaik buat sahabat saya dan keluarganya, dengan kepindahan ini.

Beliau banyak membantu saya, orangnya sangat ringan tangan, pintar, dan hatinya amat baik. Saya kenal beliau dan keluarganya dari tahun 2014. Berawal dari beliau menjadi murid saya dan saya menjadi gurunya. Namun sepertinya sekarang ini terbalik, saya yang menjadi muridnya (haha). Banyak hal yang saya pelajari dari beliau. Sudah sekitar 6 tahun, dan kita sering bekerja sama dalam berbagai proyek untuk pelayanan, sosial dan  kemanusiaan. Orangnya amat cekatan, tidak takut terjun ke lapangan langsung, penuh sukacita dan mengasihi anak-anak. Beliau " punya hati" untuk orang-orang Indonesia. Beliau dan suaminya tepatnya.Kita masih akan tetap keep in touch. Tapi tentu terpisah jarak dan waktu, Sampai berjumpa Mrs. X semoga, Anda dan keluarga selalu sehat! (AYS)





Thursday, May 28, 2020

Mengalahkan Diri Sendiri

Ketika kita memiliki tujuan, untuk mencapai tujuan itu pastinya kita harus berjuang sekuat tenaga.
Namun tidak dipungkiri, hal ini tidak sepenuhnya mudah, ada harga yang harus dibayar. Ada orang yang memiliki target, ingin di usia 40 tahun, sudah tidak perlu bekerja keras lagi, melainkan uang yang bekerja untuknya. Sebelum mencapai targetnya tersebut, pasti ia harus bekerja keras terlebih dahulu. Dalam kerja keras, terkadang kesehatan terlupakan, kita jadi lebih fokus kerja, kerja dan kerja untuk memenuhi target tersebut. Diperlukan wisdom di sini atau hikmat, agar keseimbangan hidup dapat tercapai.

Terkadang, dalam perjalanan waktu, banyak kendala yang harus dihadapi dalam mencapai tujuan atau goal yang sudah kita buat. Biasanya yang terjadi adalah niat hati sudah baik, namun kenyataannya jalan tidak semudah itu. Ada tantangan, rintangan, hambatan dan masalah. Sebenarnya di mana sumber masalahnya? Sering kali kita sering menyalahkan orang lain  atau hal tertentu. Tapi pernahkah kita berpikir ketika kita tidak mencapai suatu goal atau target, hal pertama yang harus dikoreksi adalah diri kita sendiri? Self-improvement with your best version every day, berusaha untuk menjadi versi diri kita yang terbaik setiap hari. Begitu gampang, ketika ada masalah, menyalahkan situasi, orang lain, atau hal-hal tertentu. Padahal sering kali yang menjadi sumber masalahnya adalah dari dalam, yaitu diri kita. Ketika seseorang ingin mendapatkan keinginannya, tapi kerjanya setiap hari hanya bermalas-malasan, apa yang salah di sini? Nomor satu pasti orang tersebut harus evaluasi diri. Dan dalam hidup saya, saya tidak pernah melihat orang yang rajin, pekerja keras, sampai harus kelaparan.  Kalaupun Tuhan izinkan hal tersebut, mungkin dalam waktu tidak lama. Setelah itu, orang tersebut bisa bangkit kembali.

Diri kita adalah aset yang tidak tergantikan. Kualitas diri kita tidak ditentukan oleh keadaan atau orang-orang di sekitar kita. Orang lain hanya bisa menilai, sesuai dengan apa yang mereka lihat. Namun yang lebih tahu diri kita seperti apa, hanya kita sendiri dan Tuhan sang pencipta. Jadi musuh terberat kita sebenarnya adalah diri kita sendiri, bagaimana mengalahkan ego, kemalasan, kepahitan, kecongkakan, dan sifat-sifat buruk lainnya, termasuk kebiasaan menunda-nunda. Mungkin saya akan bahas  tentang hal-hal ini di tulisan selanjutnya. Stay blessed!  (AYS)

Tuesday, May 26, 2020

Akurat

Apa arti akurat?

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata akurat adalah teliti; saksama; cermat; tepat benar. Apakah Anda seseorang yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi? Pasti cocok untuk jadi analyst (hehe) Dalam pekerjaan apapun, ketika seseorang memiliki skill atau keahlian untuk menyampaikan data dengan akurat, pasti akan sangat berguna bagi perusahaan.

Semua orang pastinya berharap bisa mendapatkan data-data yang akurat, tidak mau ada kesalahan dalam penyampaian laporan. Dari pengamatan saya, ciri-ciri orang yang akurat itu, pembawaannya biasanya tenang, tidak terburu-buru, tidak mudah juga untuk menghakimi, karena dia biasanya akan mengumpulkan data atau bukti-bukti yang terpercaya baru siap untuk melaporkan hasilnya.

Sama halnya dalam kehidupan bersosialisasi, ketidakakuratan dalam penyampaian informasi ketika berkomunikasi bisa sangat mengganggu. Hal-hal tersebut bisa menyebabkan kesalahpahaman, dan konflik. Sebagai contoh ketika ingin memesan makanan. Saya pernah dipesan sama orang rumah, diminta untuk membeli makanan berupa martabak. Saya beli martabak, di otak saya yah, martabak itu martabak telur yang biasa dibeli oleh orang rumah. Saya beli martabak sesuai pesanan yang biasa dibeli, dari jumlah telur, dan tambahan-tambahan lainnya, seperti biasa kami minta untuk tidak pakai msg atau penyedap rasa. Eh, sampai rumah bukan disambut bahagia, malah ditanya, "Kok martabak telur? Di rumah sudah ada makanan, kita maunya martabak kue." Jiaah, puyeng langsung kepala ini (hehe). Ada kesalahpahaman, saya juga salah karena tidak bertanya detail jenis martabaknya (sudah terlanjut overconficence).

Orang yang akurat, juga kadang bisa dibilang orang yang cerewet, karena minta sesuatu serba detail. tetapi kalau memang itu berguna, kenapa tidak? Malas bertanya sesat di jalan. Kok malas bukan malu? Iya, soalnya sekarang ga zamannya malu, yang ada malu-maluin (haha). Tetapi kebanyakan orang malas bertanya, takut rempong, dibilang kepo. Padahal kalau memang penting dan sifatnya informatif,  bertanya itu sangat bagus. Dan, memang dibutuhkan keseimbangan pihak yang menjelaskan juga, untuk tidak terbeban memberi informasi yang akurat. Saya pernah juga soalnya terlalu banyak bertanya, diomelin (haha). Namun yang jelas, kelengkapan informasi itu penting, agar tidak terjadi miskomunikasi, mispersepsi, serta mis- mis lainnya. (AYS)

Monday, May 25, 2020

Ketagihan

Pernahkah kita merasakan ingin melakukan sesuatu lagi dan lagi? Rasanya kalau belum melakukan hal tersebut berkali-kali, terasa ada yang kurang.Contoh, main game dalam durasi cukup lama dan berkali-kali. Kalau tidak main game, jadi efek panas dingin, resah, dsb. Bahaya nieh, sudah masuk ke efek nagih, alias ketagihan. Bukan hanya main game, banyak hal lain, yang saya rasa kadang bisa jadi efek nagih, kalau tidak dibatasi dengan benar. Nonton film, dalam jangka waktu lama, sampai melupakan tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan, apalagi kalau filmnya panjang, durasi lama dan berseri. Rasanya mungkin ingin terus nonton sampai habis. Kalau episodenya sampai 100, apa kita mau nongkrongin terus sampai episode seratus seharian? Mata bisa merah, pikiran buyar (haha) Tapi saya pernah saking sukanya baca buku, novel 450 halaman dikebut dalam waktu 1,5 hari. (It's crazy thing) saking pengin selesai, dan seru banget ceritanya. Judulnya apa? Hahha Ini novel seru dan sudah pernah difilmkan. Itu aja cluenya 😆

Moment di mana banyak work from home memang susah-susah gampang. Harus pandai membagi waktu, memprioritaskan yang penting, tapi juga jangan sampai stres karena tidak ada hiburan. Stres, juga dapat merusak ketahanan tubuh atau sistem imunitas tubuh kita. Karena itu, tidak ada masalah dengan hiburan yang bisa kita lakukan di rumah, dengan menonton film, main games, berkebun, memasak, berolahraga, dsb selama tidak membuat efek ketagihan, yang membuat kita ingin lakukan terus menerus dan lupa dengan pekerjaan yang lainnya. (AYS)

Friday, May 22, 2020

Tidak menyangka

Ada istilah "don't judge a book by its cover". Jangan menilai buku dari sampulnya saja. Tetapi di dunia saat ini, mau tidak mau kalau membeli buku pasti lihat sampulnya  (haha). Kalau sampulnya sudah rusak atau bukunya sudah kotor, apa ada orang yang mau membelinya? presentasenya kalaupun ada pasti sedikit saja.Nilai jualnya juga jatuh kalau sampulnya robek, atau kemasan buku sudah tidak bagus. Biasanya buku akan masuk ke daftar buku diskon (yeahh, buku diskon).

Saya pernah punya buku kesayangan berupa komik, judulnya Topeng Kaca. Wah itu kegemaran banget, sampai sudah jelek, kumel-kumel, tapi ga boleh dibuang. Kalau orang rumah mau buang, pasti ga terima (haha). Yang jelas, itu karena saya tahu isi buku itu, sesuatu yang saya suka, menarik, dan berharga untuk saya. Jadinya walau sudah lama, dan sampul sudah tidak bagus, buku sudah berwarna kekuningan, tapi ada nilai sejarahnya, tetap berharga buat si pemilik buku.

Kembali ke istilah melihat buku dari sampulnya. Hal yang terpenting disini adalah jangan mudah menghakimi. Ketika kita melihat buku yang sudah lama banget, contoh saja kamus sampai cokelat kekuningan warnanya, rasanya kok agak miris yah. Tapi kita tahu kalau isi kamus itu sangat berharga, terutama buat orang-orang yang lagi butuh kamus (nah!). Buat yang tidak sedang membutuhkan, ya tidak berharga.Karena ukuran berharga satu orang ke orang yang lain bisa berbeda-beda. Tergantung kebutuhan saat itu. Rasanya pikiran sempit sekali, kalau kita menyamaratakan semua  kebutuhan.  

Sama seperti, kita juga tidak bisa menilai sebuah buku, hanya dengan melihat sampulnya saja. Kita mesti mengerti isi keseluruhan buku tersebut, untuk bisa menilainya. Berlaku juga pada manusia,  kita tidak bisa menghakimi seseorang dari tampak luarnya saja. Oh, sepertinya dia bahagia. Ooh, hidupnya enak. OOh, hidupnya seperti tidak ada masalah. Ooh, hidupnya tidak ada beban. Ada teman saya, rumah tangganya kelihatan bahagia, harmonis, kemana-mana selalu bersama (seperti lem dan perangko), tetapi tiba-tiba ada kabar perceraian. Ada lagi yang punya mobil banyak, rumah mewah,hobi jalan-jalan luar negeri,  ternyata cicilannya juga banyak. Saat tidak bisa bayar dikejar sama debt collector.

Kita mengerti berharganya suatu buku ketika sudah membacanya sampai habis, demikian hidup seseorang seperti apa, akan terus dibaca sampai akhir hidupnya. Mungkin bukan kita yang akan membaca, namun orang-orang di sekitar kita, baik pada saat kita hidup dan setelah kita meyelesaikan kehidupan. Terus berjuang untuk menjadi buku yang menarik, baik, dan berguna!  (AYS)

Thursday, May 21, 2020

Managemen stres

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya stres. Hal yang satu ini, memang tidak pandang bulu, bisa menimpa siapa saja tidak kenal usia, gender, maupun latar belakang. Stres biasanya bisa dibilang cukup ringan tingkatannya dibanding depresi. Selama manusia hidup, pasti harus dealing sama yang namanya stres.



Stres juga dapat dipicu oleh berbagai hal. Melihat situasi sekarang, banyak orang menjadi stres. Tapi jangan salah, fenomena belanja di saat lebaran, bisa juga merupakan pelampiasan dari rasa stres. Stres karena berada di rumah terus. Stres memikirkan ke depan bagaimana. Saat ini sedang heboh berita, dimana BLT yang diberikan kepada rakyat miskin, yang tujuan atau sasarannya untuk membantu perekonomian ( terutama kecukupan bahan pokok) tetapi malah dibelikan baju lebaran. Banyak toko-toko baju yang diserbu masyarakat. Dan setelah dicek ktpnya, mereka mayoritas penerima BLT dari pemerintah (dari berbagai sumber berita).



Banyak pihak, yang menyayangkan kenapa ini bisa terjadi. Kenapa masyarakat tidak bisa menahan diri dari keinginan untuk membeli baju lebaran (atau keperluan lain, yang bukan masalah perut atau pangan). Kekecewaan akan masalah penggunaan dan penyaluran BLT pun terjadi.



Tetapi ketika kita melihat dari kacamata yang berbeda, mungkin kita sedikit bisa mengerti kenapa sebagian masyarakat melakukan hal ini. Pertama, moment ini tidak terjadi setiap hari, namun setahun sekali. Mereka merasa wajar untuk membelanjakan uang dalam jumlah cukup besar, setahun sekali. Kedua, media sosial, iklan-iklan yang bermunculan, seakan memanggil para target customer untuk berbelanja, dan yang gampang tergoda (umumnya) adalah masyarakat kecil, terutama yang tidak mengerti pengelolaan ekonomi. Para pemilik usaha berusaha menarik pembeli sebanyak mungkin, agar usahanya laku. Semakin banyak yang terpancing iklan, dan membeli, semakin bagus dan menguntungkan. Karena sebelumnya toko-toko tutup, dan omzet pasti menurun. Kecuali, diberlakukan peraturan dilarang beriklan oleh pemerintah, mungkin beda cerita.(😅😅) Ketiga, kesadaran masyarakat kecil, akan bahaya covid 19 masih kurang. Sama seperti kita melakukan suatu tindakan tanpa pikir panjang, hanya berdasarkan dorongan hati atau intuisi saja. Padahal membeli di online shop juga tidak ada masalah, harusnya. Tetapi kenapa menyerbu toko-toko langsung? Jawabannya ada di hal yang keempat. Keempat, tingkat stres yang cukup tinggi bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan tanpa berpikir panjang.Stres karena berada di rumah dalam jangka waktu yang lama, butuh hiburan, dan belanja bisa menjadi salah satu alternatif.



Berbelanja bisa menjadi pelarian, di kala stres melanda, terutama bagi kaum perempuan. Saya juga merasakan itu (haha). Berbelanja bisa menjadi salah satu cara untuk tubuh (otak) memproduksi hormon endorfin dan dopamin yang mendatangkan perasaan happy atau bahagia. Kadang tidak cukup berbelanja di online shop, perlu ada excitement ketika memilih barang, memegang barang yang diinginkan, pergi dulu ke beberapa toko lalu kembali ke toko yang pertama. Itu mendatangkan sensasi berbeda.



Tetapi situasi sekarang pastilah berbeda. Situasi sekarang tidak seperti dulu, yang bisa bebas pergi kemana kita inginkan. Karena itu, dalam situasi seperti ini, diperlukan managemen stres yang tepat. Kadang tidak harus belanja di tempat yang jauh, belanja di mini market terdekat sudah bisa bikin happy, tidak harus jalan terlalu jauh, jalan sekitar komplek sudah cukup membantu. Atau bisa mengganti dengan kegiatan positif yang disukai, tanpa harus melanggar aturan yang telah ditetapkan. Hal yang paling penting adalah bijak dalam mengelola stres. (AYS)

Tuesday, May 19, 2020

Investasi Terbesar

Berbicara tentang investasi, mungkin yang ada di pikiran kita adalah uang. Investasi biasanya tidak akan jauh berbicara tentang uang dan perencanaan ke depan. Banyak sekali jenis investasi yang ditawarkan, yang bisa kita pilih untuk hari depan.

Seringkali manusia lupa berinvestasi dalam hal ini, yaitu tubuh kita. Jujur, saya bukan agen asuransi (hehe), jadi saya tidak sedang mempromosikan sesuatu, kecuali fakta lapangan. Tubuh kita adalah investasi terbesar yang kita miliki. Karena itu, ada istilah, "Sehat mahal harganya, booo".  Ketika sudah sakit, apalagi sakit berat, yang butuh ketergantungan terhadap obat-obatan, uang seakan tidak ada artinya, karena pasti akan habis begitu saja untuk biaya kesehatan.

Tubuh ini ketika masih sehat, sering kita lalai dalam pola tidur, pola makan, pola berolah raga. Terkadang waktu terbuang habis hanya untuk bekerja, kurang istirahat. Atau terlalu banyak istirahat, kurang kerja? (hehe).  Pola hidup yang sehat itu memang susah-susah gampang. Apalagi ketika kita belum terbiasa. Namun, tidak ada cara lain, ketika kita ingin bahagia, salah satunya adalah berinvestasi di tubuh kita. Ketika tubuh sehat, kita masih bisa mencari uang, asal tidak malas. Kalau sudah sakit, yang ada hanya akan membuang uang untuk biaya pengobatan. Sudahkah mengambil bagian untuk investasi di "situ"? (AYS)

Guess a thing

It makes you grow, It makes you stronger, Push you out of your limit, It's your friend, It's something that you can solve Once you o...