Tuesday, June 23, 2020

Too Much

Ada pepatah yang bilang kalau " Segala sesuatu yang serba berlebihan itu tidak baik."

Mungkin pepatah ini ada benarnya. Contoh, ketika saya sudah terlalu asyik bermain online  game, di mana bisa sampai lupa waktu, di situ saya merasa efektivitas saya dalam bermain juga berkurang. Kok bisa? Iya, karena manusia ada batasannya. Bukan hanya produktivitas harian yang menjadi bermasalah, tapi efektivitas dalam permainan juga berkurang.

Ketika kita bermain nonstop, atau tanpa tahu waktu, sebenarnya seni bermain sudah hilang. Yang ada hanya bagaimana menghalalkan segala cara untuk menang. Fokusnya hanya menang, menang, dan menang. Di sisi lain, stamina tubuh ada batasnya. Ketika sudah terlalu letih dan lelah, kinerja dalam hal apapun pasti tidak akan maksimal.

Itulah sebabnya dalam hidup, kita tetap membutuhkan keseimbangan. Cukup istirahat, cukup makan, cukup belajar, cukup bekerja, dan cukup bermain. Ketika ada salah satu bagian yang berlebihan, akan mempengaruhi kualitas bagian yang lain. Contohnya, ketika kita melebihkan waktu kerja, otomatis istirahat berkurang, waktu untuk yang lain juga akan ikut terpotong. Namun tidak dipungkiri, terkadang tuntutan untuk melakukan lebih di bagian tertentu pasti ada, namun hanya tergantung bagaimana kita menyiasati penggantian waktu yang berkurang. Contohnya kalau waktu istirahat yang berkurang banyak, kita harus melakukan kompensasinya di hari lain, dimana kita bisa pakai waktu untuk istirahat, sehingga kinerja bisa tetap maksimal. Salam keseimbangan! (AYS)

Monday, June 22, 2020

"Human show"

Saya suka sekali menonton acara-acara yang berhubungan dengan manusia langsung di  dalamnya. Kita bisa mempelajari karakter manusia yang berbeda-beda dari pertunjukan semacam itu. Contohnya seperti  survivor. Ketika beberapa manusia dikelompokkan, dan bagaimana mereka bisa bertahan hidup dalam situasi yang tidak pasti. Pilihan untuk bekerja sama atau berkhianat dengan rekan-rekan seperjuangan di tempat tersebut. Berjuang untuk mencari makan, membuat rumah, dan bahkan bertahan hidup dalam situasi yang tidak pasti.

Ada juga human show yang cukup kontroversial di Jepang. Dibuat sekitar tahun 1998, sudah cukup lama, namun reality show ini berhasil memecahkan guinness book of record untuk durasi terlama bertahan dalam memenangkan kompetisi yaitu 335 hari judulnya Denpa Shōnen teki Kenshō Seikatsu. Peserta yang seorang komedian, ditinggalkan di sebuah apartemen dalam kondisi yang serba minim. Tidak ada makanan, hanya ada kompor, kamar mandi , majalah, alat tulis, dan undian-undian yang harus dikirim untuk memenangkan hadiah utama sebesar 1 juta yen (sekitar $10,000). Undian yang dikirim, untuk memenangkan hadiah seperti beras, sikat gigi, sabun, minuman kesehatan, cokelat, sepeda, play station, dll, digunakan untuk penghidupan sehari-hari Nasubi, nama julukan  sang komedian sampai dia mencapai target memenangkan undian, yang totalnya harus mencapai 1 juta yen, baru bisa dinyatakan berhasil. Nasubi ditinggalkan di apartemen dalam kondisi tanpa sehelai benangpun, dan kamera yang selalu on secara live (ini sangat ektrem dan cukup  mengundang kontroversi). 

 Nasubi selama lebih kurang setahun tidak berinteraksi dengan orang banyak, hanya untuk menerima paket hadiah saja. Interaksi yang bisa dibilang sangat terbatas. Membuat dia jadi merasa janggal ketika kembali ke kehidupan normal. Diperlukan adaptasi ulang. Juga karena terbiasa bertelanjang, tanpa sehelai benangpun, iapun perlu beradaptasi ketika memakai pakaian kembali. Saya pikir tidak semua orang bisa seperti sosok Nasubi ini. Diperlukan mental yang kuat, untuk survive. Tidak semua orang juga bisa bertahan di acara seperti survivor, banyak yang harus pulang dan gugur, bahkan di awal-awal. 

Sering kali ketika menonton "human show" sepertinya enak, menyenangkan. Bisa bebas berkomentar apa saja, mengomentari si A, B, C. Ini dari sisi penonton. Dari sisi pemain "human show" sepertinya dibutuhkan mental yang kuat, dimana hidup setiap hari harus disorot kamera, dan semua orang bisa mengenal dengan cara mereka, menghakimi dengan sudut pandang mereka, tanpa perlu bertemu. I think "human show" is not for many people, only for certain people." (AYS)

Saturday, June 20, 2020

Bersyukur

Bersyukur

Saat hujan

Saat panas

Saat tenang teduh

Saat datang gelombang

Saat gembira

Saat bersedih

Saat kecewa

Saat merasa puas

Di saat dan waktu apapun, tinggalkan segala beban, dan tetap bersyukur

Karena bersyukur tidak melihat tempat, waktu, situasi, melainkan ungkapan hati yang merasakan

betapa besar dan luar biasanya Sang Pencipta...


Kata-kata yang mungkin simple, seperti pembuatnya simple juga  (hahha) namun semoga dapat

memberkati para pembaca, terima kasih (AYS)


Wednesday, June 17, 2020

"No Turning Back"

Seandainya waktu bisa diputar ulang, kira-kira apa yang ingin kita ubah?


Pasti ada hal-hal yang ingin kita ubah, dengan harapan untuk menjadi lebih baik ke depannya. Namun apakah benar dengan bisa mengubah waktu, dan memperbaiki kesalahan di masa lampau, akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik? Jawabannya kembali ke pribadi masing-masing.

Satu hal yang pasti, mengubah masa lalu, bisa mempengaruhi masa depan. Saat saya kecil, saya suka nonton kisah Doraemon dengan mesin waktunya yang bisa kemana saja, bisa ke masa lalu dan juga mendatangi masa depan, sepertinya sangat menyenangkan. Saya salut dengan pengarangnya juga yang bisa menciptakan karya yang luar biasa, dengan imajinasi alat-alat yang super kreatif. Tribute untuk almarhum Fujiko F. Fujio. Dikisahkan Nobita dan Doraemon dengan lorong mesin waktu bisa pergi kemana saja,  berpetualang, dan dari kantong ajaib Doraemon dapat keluar banyak barang yang ajaib. Tapi ada kalanya, ketika mereka ingin memperbaiki masa lalu, ternyata dapat mengubah masa depan, yang berakhirnya tidak selalu baik. Artinya dengan mengubah sesuatu di masa lalu, tidak berarti masa depan akan selalu menjadi lebih baik.    

Dalam salah satu kisah,  seperti yang sebagian pembaca ketahui, sosok Nobita  selalu dapat nilai jelek di sekolah. Nobita dari masa depan datang ke masa lalu, sekarang  sudah di bangku kuliah, mendatangi sosok Nobita saat masih SD. Dalam proses mengubah diri menjadi lebih pintar, memang hasil nilai-nilai menjadi jauh lebih bagus, dan bahkan bisa mengalahkan murid yang terpintar di kelas saat itu. Tetapi ternyata Nobita di masa depan tidak dapat menjadi sosok  yang berhasil tanpa sosok Nobita yang selalu dapat nilai jelek. Dari nilai-nilai jelek itu, Nobita belajar arti usaha dan proses untuk mencapai hasil yang bagus. Dan itu harus dilakukan dengan belajar tekun, bukan dengan menyontek, minta tolong Doraemon. atau minta bantuan Nobita yang sudah kuliah.

Sama seperti hidup ini adalah proses, ketika kita memutuskan proses itu secara sepihak, dengan menginginkan jalan seperti jalan tol, kita meniadakan proses-proses yang sebenarnya penting. Kadang mungkin terbersit, "Capek, pengin balik ke masa lalu."  Masa lalu, tidak menjamin masa depan kita. Bagaimana kita melalui hari demi hari, sekarang, dan akan datang itu yang penting. (AYS) 

Sunday, June 14, 2020

"Perubahan"

Apa yang yang ada di pikiran Anda ketika melihat gambar yang 

berwarna-warni?

Mungkin ada yang berpendapat, " Ooh indah sekali. "

Namun ada pula yang tidak menyukainya. Tidak semua orang 

menyukai gambar yang penuh warna.

Ada orang-orang yang hanya menyukai satu warna atau beberapa 

warna saja. 

Tergantung selera dan kepribadian kita masing-masing. 

Namun hidup itu pastinya penuh warna. Tidak selalu warna hijau

ada di dalam hidup kita, kadang mungkin merah biru, ungu,dll. 

Sama seperti perubahan itu pasti tidak dapat dihindari. 

Hanya tergantung bagaimana kita beradaptasi dengan perubahan.

Filsuf Heraclitus terkenal dengan salah satu  ungkapannya,

 " The only constant in life is change."

Yang artinya hal yang tetap di dalam hidup adalah perubahan 

itu sendiri. Manusia pasti berubah, dan bisa berubah, jika mau.

Catat; Jika mau. Jika tidak mau? Apa yang terjadi?  Kemunduran,

yang tidak dapat dielakkan. Karena untuk maju, kita harus siap

beradaptasi   dengan  perubahan-perubahan yang ada.(AYS) 








Thursday, June 11, 2020

"Hal Kecil"

Small things, kita sering kali seakan meremehkan hal-hal kecil. Hal yang  luput dari perhatian kita. Contoh, ketika saya bermain game online, melihat lawan sudah kalah poin banyak, saya jadi santai. Terlalu lengah. Akhirnya saya kalah poin, hanya selisih satu poin saja. Sedih rasanya hati ini.

Hal kecil, satu poin saja padahal, tapi efeknya, itu tadi, kalah. Benar juga ada ungkapan, " Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit." walau Rp. 100,- kalau ditabung-tabung lama-lama bisa jadi Rp.500 ribu. Kekesalan yang ditumpuk lama-lama, dapat menjadi gunung meletus. Semua dimulai dari hal-hal kecil. Banjir juga tidak terjadi begitu saja, ada penumpukan sampah yang menghambat. Awalnya hanya satu, dua sampah, lalu semakin banyak, dan semakin banyak, terjadi penimbunan. Sehingga menjadi bukit, dan lama-kelamaan bisa berakibat banjir.

Demikian juga ketika kita berulang-ulang melakukan kesalahan yang kelihatannya kecil. Tetapi ketika terjadi pengulangan, itu akan menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan  ini, kita jadi berpikir, "Ohh tidak apa-apa, itu hal biasa, hal kecil." Akan terbentuk kebiasaan,  baik itu yang positif ataupun negatif. Jadi kebiasaan apa yang mau kita bentuk dari hal-hal kecil? Selamat malam (AYS)

Tuesday, June 9, 2020

"Serakah"

Sebenarnya kalau ditanya apa itu definisi serakah? Hmmm, bingung juga yah. Tapi buat saya pribadi serakah itu artinya tidak pernah merasa puas. Selalu ada keinginan lebih dan lebih. Apa itu bagus? Tentu saja motivasi dan keinginan untuk lebih dan lebih, ada baiknya. Hal itu memacu untuk kita jadi lebih baik. Tetapi itu juga harus dilihat pada kemampuan diri dan keadaan. Contoh, bicara tentang kendaraan, ada yang berpikir punya mobil satu sudah cukup, dan bersyukur. Namun ada yang ingin lebih. Lebihnya ini disebabkan oleh apa? Apakah ada kebutuhan tertentu yang menyebabkan harus membeli lebih dari satu mobil? Kalau memang kebutuhan, saya pikir wajar dan sah saja. Tapi kalau di luar kebutuhan, hanya untuk ajang pamer atau prestige, mungkin sedikit kurang bijak. Tapi kembali ke pribadi masing-masing dalam memutuskan. Yang pasti pakai uang sendiri, jangan uang orang lain (hehe).

Namun serakah tidak hanya itu sieh. Biasanya orang yang serakah juga tidak memikirkan orang lain, hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak akan mau tahu, orang-orang lain kondisinya seperti apa, susah atau senang, yang penting keinginannya tercapai.
Hal paling penting adalah membahagiakan diri- sendiri, memuaskan keinginan hatinya. Walaupun sulit, karena tidak pernah ada kata puas, untuk orang yang " serakah "

Orang yang serakah juga biasanya sulit untuk mengambil prioritas, karena dia melihat semuanya penting. Dia mau ambil semuanya. Begitu juga dalam pekerjaan, apapun pekerjaannya dia mau kerjakan walau kadang keteteran, karena sebenarnya memang tidak sanggup. Ibaratnya kesanggupan hanya mengerjakan 3 pekerjaan sekaligus, tetapi memaksa diri menjadi 5 pekerjaan dalam satu waktu. Sesuatu yang over limit, melebihi batas atau kapasitas kita. Begitu juga dalam hal makanan, kita tahu perut sudah kenyang, tetapi lapar mata melihat makanan yang kelihatannya sangat lezat, makan lagi sampai melebihi porsi perut. Akhirnya kekenyangan, dan bahkan  sampai sesak nafas. Saya pernah laper mata, sudah kenyang tapi maksa, jadi kekenyangan sampai sesak nafas (hehe, ga lagi deh)

Biasanya perempuan yang hobi belanja tahu sekali kata Sale, pasti semangat. Apalagi kalau 50% ke atas potongan harga yang diberikan. Ada diskon gede-gedean di berbagai pusat perbelanjaan. Seakan-akan barang yang ada di rumah kosong, terjadilah aksi borong barang. Mungkin kadang tidak sadar, barang yang dibeli sebenarnya bukan yang dibutuhkan, namun takut kehabisan jadinya borong. Saat wabah corona merebak, kita juga pasti masih ingat aksi segelintir orang yang borong barang, terutama perlengkapan medis seperti masker, sarung tangan, baju pelindung, dll. Termasuk juga menimbun barang-barang kebutuhan pokok. Mungkin mereka tidak sadar akan aksinya ini adalah salah satu bentuk keserakahan, namun orang-orang lain yang melihat, merasa risih. Ada beberapa teman saya, punya koleksi sepatu, bisa beli sepatu merk sama, model sama, warnanya saja yang beda-beda. Namun terkadang koleksi sepatunya yang sangat banyak itu hanya jadi pajangan, karena sepatu yang dipakai pasti yang paling nyaman untuk kakinya. Sisanya hanya jadi pajangan, dan ada beberapa yang belum pernah digunakan. (mungkin untuk dijual lagi, atau dikasih ke orang lain yang ukuran kakinya  sama ^6^)

Lalu apa salah punya hobi koleksi? Tentu saja tidak. Hal tersebut sah-sah saja. Namun yang jadi masalah, adalah mengetahui timing kapan harus bilang STOP, pada diri sendiri. Sebelum koleksi menjadi bukit, dan tidak tahu mau disalurkan kemana. Karena keserakahan itu kadang tidak terlihat oleh diri sendiri, namun bisa dilihat oleh orang sekitar. Kita tetap butuh orang sekitar untuk saling mengingatkan. Let's help each other! (AYS)





Guess a thing

It makes you grow, It makes you stronger, Push you out of your limit, It's your friend, It's something that you can solve Once you o...