Wednesday, July 8, 2020

Persepsi

PERSEPSI
 
 
Kau tak pernah salah
 
Selalu benar
 
Ada banyak pandangan
 
Tetapi...
 
Selalu ada satu cara memandang 
 
Selalu ada satu cara bereaksi
 
Selalu ada satu cara menerima
 
Tak perduli apa kata orang
 
Tolong...
 
Ini hanya
 
Persepsi saja...  
 
Jangan dimasukkan  ke dalam hati
 
Cukup dipikir...
 
Dan direnungkan...
 
PERSEPSI
(AYS) 

Saturday, July 4, 2020

Labeling

Pernahkah kita mendengar istilah label atau cap?  Label atau cap yang diberikan pada seseorang karena perbuatan atau perilakunya. 
Misalnya seorang anak yang mendapat sebutan "si nakal" karena kerap membangkang dan tidak mau mendengarkan nasihat orang tuanya. Atau " si pintar" karena dia kerap rangking satu sekolah." "Si pemalas" karena dia tidak pernah mau mengerjakan tugas-tugas dan cenderung lamban. 

Dalam istilah psikologi, hal-hal semacam ini dinamakan labeling  atau singkatnya semacam  pemberian identitas pada seseorang, berdasarkan ciri-ciri tertentu. (menurut ahlinya )

Kita pun pasti tidak terluput dari label yang diberikan oleh teman-teman kita. Bahkan, mungkin kita juga yang membuat label terhadap teman-teman kita sendiri. Misalnya  "Si Tukang pinjem duit" 😆, "Si Rakus", "Si Pemarah", "Si Sensi", "Si Heboh", "Si Bawel", "Si Kucing", dll. Dengan label ini secara tidak langsung membantu kita mengkategorikan jenis orang. Tetapi di sisi lain, tidak baik pula dampaknya pada yang diberi cap atau label. Kalau labelnya bagus sieh, mungkin tidak masalah.

Menurut penelitian psikologi, pembelian label atau cap terhadap anak mau baik atau buruk sebenarnya sama saja. Lebih baik untuk tidak memberikan label, tapi mengatakan apa adanya, dengan diarahkan secara baik.

Saya sendiri pun tidak luput dengan istilah diberi label di rumah atau dimana pun saya berada. Labelnya tuh di pikiran kita, di mana label itu ga langsung kita panggil ke orangnya, tapi sudah ada di map of our mind. Bisa juga langsung disebutkan (ini yang to the point banget, dan mungkin ga kita sadari dilakukan kalau sedang marah). Alhasil yah, kita jadi terkesan judging atau menghakimi orang itu, padahal belum tentu kan dia akan seperti cap yang diberikan itu selamanya. Terus belajar untuk bersikap obyektif, karena ini ga mudah loh. Sekali seseorang kena label untuk melepaskan diri dari label itu butuh perjuangan luar biasa. Harus ada proses pembuktian kalau ada perubahan, yang beda dari cap atau label yang diberikan.

But as a teacher, saya selalu melihat anak sebagai kertas putih, ga bisa kita menilai atau judging dia seperti apa, harus kita yang mengarahkan dan membentuk, mau dibawa kemana pribadi anak ini.Sebenarnya anak-anak yang diberikan label mempunyai tekanan tersendiri dalam diri mereka, kalau label positif ya tekanan untuk mempertahankan prestasi. Kalau label negatif, anak cenderung menjadi rebel atau membangkang, atau ada rasa tertolak dalam dirinya tanpa disadari. Pada anak, tahapan perubahannya bisa lebih cepat, tergantung kondisi emosi dan psikologisnya juga. Kalau dewasa agak susah ya, berdasarkan pengalaman saja sieh.  Tapi  nothing is impossible, tidak ada yang mustahil.Yuk berusaha lebih obyektif, with, no labelling. God bless you! (AYS)

Monday, June 29, 2020

Kebetulan

Hari-hari ini nyokap lagi sibuk-sibuknya bikin kue. Kadang ada  bahan-bahan yang kelupaan untuk dibeli. Alhasil, ketika saya tidak sibuk, biasanya saya turun tangan beli ke toko bahan-bahan kue.

Di dekat rumah ada beberapa toko yang menjual barang-barang kebutuhan dasar membuat kue. Salah satunya ada toko yang besar, cukup terkenal, lalu saya pergi ke sana. Tokonya cukup rapi. Tapi yang saya tidak suka, ketika masuk harus buka alas kaki (hehe). 


Pada hari itu, saya dititipkan beberapa bahan yang harus dibeli. Salah satu bahan yaitu kertas roti. Saya bertanya tentang kertas roti kepada sesosok ibu paruh baya yang berjaga di dalam, dia bilang tidak ada, habis. Selesai berbincang dan akan membayar, ada ibu di depan saya juga mencari kertas roti, kami mengantri di kasir. Kebetulan ibu ini urutannya di depan saya. Dia tanya kepada kasir soal kertas roti. Kasirnya masih muda, jawaban yang sama didapat, "Tidak ada kertas roti, lagi kosong." Dimana-mana habis" Kata si kasir muda ini. Si ibu depan saya bertanya lagi, " Mbak, tahu dimana  toko lain yang menjual kertas roti?" Si mbak ini langsung bilang dengan cepat "tidak tahu." Setelah ibu ini pergi, giliran saya untuk membayar. Saya diam saja dan langsung membayar, tanpa bertanya apapun. Sampai di luar, seperti digerakkan untuk mampir ke toko sebelah, bertanya soal kertas roti lagi (lagi-lagi kertas roti, hehe). Saya tahu sebelah bukan toko kue, tapi iseng saja saya bertanya pada Bapak yang ada disitu. Lalu mas-mas yang membantu angkat-angkat barang mengarahkan saya ke toko yang di seberang. 

Akhirnya saya pergi ke seberang, ada toko kecil di situ. Saya tidak tahu toko apa, karena tidak ada tulisannya. Ketika mendekat, ternyata itu toko kue. Dan ketika saya bertanya soal kertas roti. Mas yang jual langsung jawab "ada". Dan stoknya? Jangan ditanya, banyak. 

Keluar toko dengan hati senang dan bersyukur karena sudah dapat barang-barang yang diperlukan. Mata saya juga sambil memandang sekeliling, mungkin bertemu ibu yang tadi, dan bisa membantu dia menunjukkan toko untuk dia dapat kertas roti Tapi sayang sekali, ibu itu sudah pergi entah kemana. 

Banyak pelajaran berharga yang saya dapat, dari peristiwa ini, salah satunya jangan pernah menyerah terhadap keadaan. Kedua bertanyalah kepada orang yang tepat (entah benar-benar tidak tahu, atau karena persaingan dagang hehe). Ketiga, jangan abaikan petunjuk Ilahi, supaya dimudahkan jalannya. Jadi buat saya sieh ini semua kebetulan yang indah, disyukuri aja, dan semoga si ibu tadi juga dapat apa yag dicari, amin(AYS)    

Friday, June 26, 2020

Apa penyakit Anda?

PENYAKIT


Bermacam-macam sebab

Bukan hanya karena fisik yang  lelah

Bukan hanya karena virus atau bakteri

Tapi bisa juga disebabkan oleh

depresi yang berkepanjangan

Meninggal bisa karena

sakit fisik

maupun, sakit mental

sakit fisik lebih mudah terdeteksi tubuh

sakit mental,

perlu kesadaran diri, dari orang itu

kalau dia butuh pertolongan

keduanya harus cepat ditangani

Namun ada juga penyakit,

di luar dua hal itu, 

yaitu penyakit malas,

malas menjadikan seseorang tidak produktif

malas menjadikan seseorang,

sepertinya tidak mampu berbuat apapun,

walaupun sebenarnya mampu,

kemalasan membunuh bakat, kemampuan, talenta seseorang

kemalasan juga membunuh waktu-waktu efektif,

malas jelas membunuh produktivitas,

orang malas berbuat jahat,

bukan pada orang lain,

tapi pada dirinya sendiri,

Apa penyakit Anda?

(AYS)



 

   

Tuesday, June 23, 2020

Too Much

Ada pepatah yang bilang kalau " Segala sesuatu yang serba berlebihan itu tidak baik."

Mungkin pepatah ini ada benarnya. Contoh, ketika saya sudah terlalu asyik bermain online  game, di mana bisa sampai lupa waktu, di situ saya merasa efektivitas saya dalam bermain juga berkurang. Kok bisa? Iya, karena manusia ada batasannya. Bukan hanya produktivitas harian yang menjadi bermasalah, tapi efektivitas dalam permainan juga berkurang.

Ketika kita bermain nonstop, atau tanpa tahu waktu, sebenarnya seni bermain sudah hilang. Yang ada hanya bagaimana menghalalkan segala cara untuk menang. Fokusnya hanya menang, menang, dan menang. Di sisi lain, stamina tubuh ada batasnya. Ketika sudah terlalu letih dan lelah, kinerja dalam hal apapun pasti tidak akan maksimal.

Itulah sebabnya dalam hidup, kita tetap membutuhkan keseimbangan. Cukup istirahat, cukup makan, cukup belajar, cukup bekerja, dan cukup bermain. Ketika ada salah satu bagian yang berlebihan, akan mempengaruhi kualitas bagian yang lain. Contohnya, ketika kita melebihkan waktu kerja, otomatis istirahat berkurang, waktu untuk yang lain juga akan ikut terpotong. Namun tidak dipungkiri, terkadang tuntutan untuk melakukan lebih di bagian tertentu pasti ada, namun hanya tergantung bagaimana kita menyiasati penggantian waktu yang berkurang. Contohnya kalau waktu istirahat yang berkurang banyak, kita harus melakukan kompensasinya di hari lain, dimana kita bisa pakai waktu untuk istirahat, sehingga kinerja bisa tetap maksimal. Salam keseimbangan! (AYS)

Monday, June 22, 2020

"Human show"

Saya suka sekali menonton acara-acara yang berhubungan dengan manusia langsung di  dalamnya. Kita bisa mempelajari karakter manusia yang berbeda-beda dari pertunjukan semacam itu. Contohnya seperti  survivor. Ketika beberapa manusia dikelompokkan, dan bagaimana mereka bisa bertahan hidup dalam situasi yang tidak pasti. Pilihan untuk bekerja sama atau berkhianat dengan rekan-rekan seperjuangan di tempat tersebut. Berjuang untuk mencari makan, membuat rumah, dan bahkan bertahan hidup dalam situasi yang tidak pasti.

Ada juga human show yang cukup kontroversial di Jepang. Dibuat sekitar tahun 1998, sudah cukup lama, namun reality show ini berhasil memecahkan guinness book of record untuk durasi terlama bertahan dalam memenangkan kompetisi yaitu 335 hari judulnya Denpa Shōnen teki Kenshō Seikatsu. Peserta yang seorang komedian, ditinggalkan di sebuah apartemen dalam kondisi yang serba minim. Tidak ada makanan, hanya ada kompor, kamar mandi , majalah, alat tulis, dan undian-undian yang harus dikirim untuk memenangkan hadiah utama sebesar 1 juta yen (sekitar $10,000). Undian yang dikirim, untuk memenangkan hadiah seperti beras, sikat gigi, sabun, minuman kesehatan, cokelat, sepeda, play station, dll, digunakan untuk penghidupan sehari-hari Nasubi, nama julukan  sang komedian sampai dia mencapai target memenangkan undian, yang totalnya harus mencapai 1 juta yen, baru bisa dinyatakan berhasil. Nasubi ditinggalkan di apartemen dalam kondisi tanpa sehelai benangpun, dan kamera yang selalu on secara live (ini sangat ektrem dan cukup  mengundang kontroversi). 

 Nasubi selama lebih kurang setahun tidak berinteraksi dengan orang banyak, hanya untuk menerima paket hadiah saja. Interaksi yang bisa dibilang sangat terbatas. Membuat dia jadi merasa janggal ketika kembali ke kehidupan normal. Diperlukan adaptasi ulang. Juga karena terbiasa bertelanjang, tanpa sehelai benangpun, iapun perlu beradaptasi ketika memakai pakaian kembali. Saya pikir tidak semua orang bisa seperti sosok Nasubi ini. Diperlukan mental yang kuat, untuk survive. Tidak semua orang juga bisa bertahan di acara seperti survivor, banyak yang harus pulang dan gugur, bahkan di awal-awal. 

Sering kali ketika menonton "human show" sepertinya enak, menyenangkan. Bisa bebas berkomentar apa saja, mengomentari si A, B, C. Ini dari sisi penonton. Dari sisi pemain "human show" sepertinya dibutuhkan mental yang kuat, dimana hidup setiap hari harus disorot kamera, dan semua orang bisa mengenal dengan cara mereka, menghakimi dengan sudut pandang mereka, tanpa perlu bertemu. I think "human show" is not for many people, only for certain people." (AYS)

Saturday, June 20, 2020

Bersyukur

Bersyukur

Saat hujan

Saat panas

Saat tenang teduh

Saat datang gelombang

Saat gembira

Saat bersedih

Saat kecewa

Saat merasa puas

Di saat dan waktu apapun, tinggalkan segala beban, dan tetap bersyukur

Karena bersyukur tidak melihat tempat, waktu, situasi, melainkan ungkapan hati yang merasakan

betapa besar dan luar biasanya Sang Pencipta...


Kata-kata yang mungkin simple, seperti pembuatnya simple juga  (hahha) namun semoga dapat

memberkati para pembaca, terima kasih (AYS)


Guess a thing

It makes you grow, It makes you stronger, Push you out of your limit, It's your friend, It's something that you can solve Once you o...